Kamis, 05 November 2015

UNTUK MAMA TERCINTA LEPHINE NORALINE TOMASOWA - KAMBEY

Apa yang akan anda lakukan jika dokter memvonis anda mengidap penyakit yang mengerikan? Dan apa yang akan anda lakukan jika dokter mengatakan bahwa anda datang terlambat sehingga penyakit anda sudah sulit untuk di tangani? Dan apa yang akan anda lakukan jika dokter mengatakan bahwa waktu anda tinggal beberapa persen saja untuk bertahan hidup karena penyakit anda akan secara perlahan - lahan mengerogoti setiap inci tubuh anda.
Pasti akan merasa marah, kesal, kecewa, sakit hati yang bergemuruh sehingga akan menimbulakn pertanyaan dalam diri anda "why me Lord" atau " what the hell is going on" atau "salah apakah saya sehingga ini hukumannya".
Namun ada seseorang wanita yang sangat tangguh yang pernah saya kenal yang tidak pernah merasa marah, kecewa, sakit hati bahkan bersungut - sungut dengan apa yang terjadi dihidupnya. Beliau ialah seorang wanita yang membuat saya mempelajari bagaimana caranya bersyukur dalam suka maupun duka.
Beliau adalah mama saya walaupun saya tidak lahir dari kandungannya dan dari perutnya
karena dia ialah mama mertua saya namun saya sangat membenci istilah "mama mertua" karena untuk saya ia sudah seperti ibu kandung saya sendiri.Beliau memberikan inspirasi bagi saya untuk menceritakan kisah hidup beliu dan perjuangan beliau melawan kanker Endometri (Ovarium) yang begitu cepat menumbangkannya.

Mama menjalankan hidupnya dengan penuh iman dan rasa bersyukur kepada Tuhan walaupun kenyataan hidup yang harus ia jalani tidak semulus yang selalu di impikan oleh semua manusia dimuka bumi ini.
segala sesuatunya berawal dari pendarahan yang cukup hebat di tahun 2012, namun karena beliau seorang yang tidak pernah mau menyusahkan anak-anaknya maka dari itu beliau selalu menyembunyikan penyakitnya dari anak-anaknya selama 1 tahun lamanya sehingga ditahun 2013 dikarenakan kondisinya sudah semakin tidak baik beliau memutuskan menceritakan pendarahannya kepada anak-anaknya termaksud saya, saat itu beliau sudah berumur 59 tahun yang dimana seharusnya sudah memasuki masa manepouse.
Akhirnya karena desakan dari anak-anak mama pun pergi untuk menjalankan pemeriksaan ke salah satu rumah sakit besar di daerah bintaro dan tanpa diduga hasilnya sangat tidak mengenakan, saat itu dokter mengatakan bahwa ada tumor yang mendiami rahim mama sehingga dokter yang memeriksa mama pun menganjurkan untuk menjalankan oprasi. Saat itu bak tersambar petir kamipun anak-anak mendengarkan cerita hasil pemeriksaan dokter yang disampaikan oleh mama kepada kami, hati kami hancur takut sekali untuk kehilangan sosok mama tercinta namun mama yang divonis dokter terkena penyakit itu malah masih bisa menguatkan kita anak-anaknya untuk tetap teguh dan berpengharapan kepada Tuhan.

Operasi pun dijalankan rahim mama pun diangkat dan dokter pun melakukan peng-check-an pada daging yang tumbuh didalam rahim mama apakah tumor itu termaksud tumor ganas atau tidak.
Mama dirawat dirumah sakit tersebut selama 1 minggu penuh sampai mama pulih benar, namun hasil dari biopsi mama baru akan keluar minggu depan dan ketika hasil biopsi itu keluar kami merasa agak sedikit lega karena ternyata tumor itu terdeteksi tidak ganas.

Haripun berlalu dan sukacita selalu hadir didalam kehidupan kita karena saat itu mama dan saya juga suami saya dan keluarga besar kita bersiap-siap untuk melakukan perhelatan besar untuk pernikahan saya dan suami saya, tentu mama orang yang paling setia memberikan masukan tanpa memaksa agar kami mengikuti sarannya hingga acara tersebut dapat diselenggarakan. Kami selalu berbicara bahwa akhirnya mom bisa pulih dan dapat bersama-sama kami untuk mendampingi kami dalam masa-masa bahagia maupun sulit.

2 tahun berlalu semenjak oprasi pengangkatan rahim itu terjadi, mom masih tetap enerjik dan selalu tegar menjalani kehidupan, namun di bulan april 2015 mama merasakan ada kejangalan ditubuhnya terutama dibawah perutnya, beliau saat itu mengatakan kepada kakak kami Olivia bahwa ada sesuatu yang jalan dibawah perutnya kamipun segera melakukan tindakan agar mama bisa segera ditangani, saat itu kakak - kakak saya Olivia, Jerry, Fabiola dan Wandy juga suami saya Arthur beserta Mami Meike kembali membawa mama periksa ke rumah sakit di kawasan bintaro tersebut, segala pemeriksaan mulai dijalankan mama dari CT Scan lalu check darah dan ternyata hasilnya memang sangat tidak baik.
Seperti tersambar petir untuk kedua kalinya mendengar hasil pemeriksaan dokter bahwa mama terserang penyakit yang menakutkan.
Namun mama dan kami pun tidak patah arang kami mencari second opinion dari rumah sakit lain dan dokter yang lain juga tentunya dan syukurnya kami mendapatkan rumah sakit di daerah tangerang kota dengan dokter yang sangat profesional, saat itu kami berharap bahwa rumah sakit yang sebelumnya keliru melakukan pemperiksaan sehingga hasilnya tidak baik namun ternyata hasil yang lebih tidak baik lagi harus kami dengar dari dokter yang kedua ini bahwa mama sudah teramat sangat terlambat untuk datang memeriksakan penyakitnya dan melakukan pengobatan atau pencengahan karena seharusnya itu dilakukan ketika di tahun 2013 setelah oprasi pertama dilakukan, karena jika seseorang wanita sudah memasuki masa menepouse dan masih terjadi menstruasi maka sudah kemungkinan besar wanita tersebut terserang kanker ovarium atau serviks.
Bagaikan tersambar petir untuk kesekian kalinya mendengar penjelasan dari dokter yang disampaikan ke mama, yang kami bisa lakukan hanya menangis dan hancur namun lagi - lagi mama yang menguatkan kami bahwa mama pasti bisa sembuh.

Dengan semangat yang baru kami merencanakan pengobatan untuk mama karena berdasarkan saran dokter mama harus dikemo agar kanker itu tidak menyebar ketempat yang lainnya, namun karena saat itu mama masih belum siap untuk menjalankan kemo maka kami lebih memilih mengikuti saran kerabat kami untuk membawa mama ke bandung untuk pengobatan herbal, kami selalu berdoa semoga langkah yang diambil ialah yang terbaik dan mama bisa segera pulih.
Langkah kami melakukan pengobatan di Bandung mendapatkan sebuah titik terang bahwa mama bisa sembuh karena kebetulan yang melakukan pemeriksaan disana ialah dokter juga maka pengobatan tersebut tetap harus melakukan check darah atau bisa dikatakan tumor marker. Dokter mengatakan bahwa mama masih bisa mendapatkan kesempatan untuj sehat, mama selalu dengan semangat menjalankan pengobatan tersebut apalagi saat itu kami baru mendengar kabar baik bahwa kakak kami sedang hamil dan itu menjadi tambahan penyemangat untuk mama. Berpuluh - puluh obat herbalpun mama minum kalau tidak salah saat itu sebanyak 75 kapsul per hari yang harus mama minum dan selalu dengan hati yang gembira walaupun sulit mama meminum obat -obat tersebut walau terkadang harus diselangi oleh muntah-muntah karena ada kapsul yang tersangkut ditengorokan.
Selama 2 bulan kami menjalankan pengobatab herbal dan tubuh mom tetap dalam keadaan lemas yang terkadang panas tubuhnya bisa mencapai 39 derajat, walau dalam keadaan sakit yang luar biasa mom tetap selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluhkan sakitnya.

Hingga suatu hari mama sudah tidak tahan lagi dengab benjolan yang ada dibawah perut mama yang teramat sangat sakit sehingga kami memutuskan untuk kembali ke rumah sakit tangerang dan bertemu dengan dokter yang waktu itu merujuk mama untuk kemo terapi dan disinilah awal dari perjuangan yabg sebenarnya yang harus mama jalani, membayangkan kembali masa - masa perjuangan mama membuat saya sangat merindukannya.

Saat itu mama akhir bulan july kami membawa mama ke rumah sakit khusus kanker yang ada dibilangan Jakarta Barat, saat itu saya, suami saya Arthur dan kakak saya Wandy  mendaftarkan mama untuk bertemu dengan dokter dan pemeriksaan lebih lanjut karena kami melihat benjolan dibawah perut mama semakin membesar dan kami yakin itu teramat sangat sakit, karena walaupun mama tidak pernah mengeluhkan sakitnya namun karena .

Pemeriksaan pertama mama di rumah sakit khusus kanker itu dilakukan tanggal 6 Agustus 2015, pada saat itu saya dan kakak saya Fabiola beserta suami saya Arthur yang mengantarkan mama ke dokter, tegang sudah pasti namun kami selalu percaya Tuhan selalu bersama kami selama masa pengobatan mama, kami menuggu dokter dari jam 8.00 pagi hingga jam 12.00 siang baru dipanggil untuk pemeriksaan, saat itu dokter yang memeriksa mama menanyakan hasil - hasil PA dan CT Scan mama yang terdahulu, karena waktu dibulan april mama menjalankan CT Scan dan Test darah untuk tumor marker maka semua kita berikan ke dokter yang menangani mama saat itu, lalu dokter menyuruh mama untuk berbaring di ranjang pemeriksaan dan tanpa bisa ditahan lagi dokter yang memeriksa mama malah berteriak mengatakan "Ibu ini sudah besar sekali". Sontak saya dan kakak saya Fabiola langsung saling lihat -lihatan, entah pertanda apa bagi kami jika dokter sampai mengatakan seperti itu, akhirnya mama dirujuk untuk check darah kembali namun bukan tumor marker dan dirujuk juga untuk CT Scan dan Foto Torax setelah itu tanggal 19 Agustus 2015 kita bertemu dokter kembali.
Sepulang dari rumah sakit hati kami pun hancur, sedih dan sangat kecewa namun kembali mama menguatkan kita anak-anaknya bahwa segala perkara yang Tuhan izinkan terjadi pasti selalu ada maksud baik. Kami selalu mendoakan mama agar mama cepat pulih kembali namun selama menunggu untuk pertemuan berikutnya dengan dokter kondisi mama selalu naik turun entah nanti panas tinggi dan kami pun harus melarikannya ke IGD ataupun keadaannya yang lemas sampai tidak bisa berjalan ataupun rujukan untuk transfusi darah karna HB mama selalu rendah. Hingga pada suatu ketika sewaktu kita akan Foto Torax dan CT Scan dan ketika itu mama sudah sampai dirumah sakit terlebih dahulu bersama Kak Fabiola dan saat itu mama sangat tidak sanggup menahan sakit hingga dibawa ke IGD, badannya yang tadinya sangat bagus sampai benar - benar kurus karena harus menerima terjangan dari penyakitnya.

Pertemuan dokter yang berikutnya di tanggal 19 Agustus 2015 membuahkan keputusan dari dokter agar mama di oprasi,  kami agak sedikit lega mendengar keputusan dari dokter agar mama bisa dioprasi secepatnya sehingga benjolan dibawah perut mama yang menjadi dalang dimana mama tidak berselera makan, suhu badannya panas turun hingga kaki mama yang terkadang bengkak dapat segerah dimusnahkan

Namun setelah pertemuan dengan dokter di Tanggal 19 Agustus tidak lama kemudian mama kami larikan lagi ke IGD karena mama panas tinggi dan mengigil. Yang kami ingat ialah hampir setiap sabtu kami mengantarkan mama ke IGD karena kelemahan tubuhnya yang tidak bisa ia tahan lagi.

Tepat tanggal 29 Agustus 2015 mama dirujuk dokter untuk dirawat karena HB dibawah standart dan kekurangan kalium dalam darah, anatara lega dan sedih melihat mom harus dirawat dirumah sakit tapi mom selalu bilang ini yang terbaik dan mom selalu membesarkan hati kita kalau mama di rawat dirumah sakit itu jauh lebih baik karena 24 jam suster dan dokter stand by.  Saat itu yang kami mau hanya mama sembuh dan dapat menjalani hari - harinya secara normal bersama kami, pemeriksaan demi pemeriksaan harus mama lalui apalagi dikarenakan badan mama yang semakin hari semakin menguning maka mama tidak hanya di tanggani oleh dokter SpoG namun juga oleh dokter Hepatologi dan dokter penyakit dalam. Setiap hari yang harus didapat mama adalah suntik kanan kiri entah itu di ambil darah untuk dicheck HB atau untuk di ganti tempat saluran infus karena saluran yang terdahulu sudah tidak bagus lagi, beliau tidak pernah mengeluh yang ia katakan hanya "Terima Kasih Tuhan Yesus" tidak ada suara tangis ataupun rengekan yang selalu kami lihat ialah senyum di wajahnya walau wajah yang terlihat ialah wajah yang pucat pasih.

Semakin hari keadaan semakin memburuk, kami hanya bisa berdoa dan meminta kepada Tuhan agar Tuhan memberika kekuatan untuk mama dan kesembuhan, hingga suatu sore di hari jumat mama mengeluhkan sesak dan sulit bernafas, mama hanya mengatakan "mama lelah" karena keadaan yang sudah hampir 2 minggu mama terbaring ditempat tidur maka suster memberikan selang oksigen agar mama bisa bernafas secara normal dan tidak tersengal. 
Sedih melihat keadaan mama semakin memburuk apalagi ditambah di hari sabtu malam mama mengalami halusinansi melihat makhuk yang tidak dapat dilihat kasat mata dan juga mama mulai berkata ngelantur. Semakin hancur hati rasanya melihat keadaan mom yang seperti itu, hingga di Senin pagi nafas mom semakin sulit dan semakin tidak teratur, keadaan tambah memburuk sehingga mom harus dipindahkan ke ruang observasi dan dipantau oleh suster dan dokter langsung, semakin sore keadaan mama semakin menurun dan tidak sadarkan diri yang kami lihat hanya motoriknya saja yang berjalan, seperti tidak dapat menerima kenyataan yang bisa kami lakukan saat itu ialah hanya merengek ke Tuhan agar mom diberikan kesembuhan.
Dokter pun memutuskan untuk membawa mom ke ICU dan mom pun dibawa ke ICU pukul 23.30 wib.
Hari selasa dokter paru - paru memangil saya dan kakak saya Wandy untuk masuk ke ruang ICU untuk menerangkan keadaan mom saat itu, hati kami pun remuk redam mendengar penjelasan dokter paru-paru kala itu, keadaan paru - paru mom yang sudah sangat tidak baik yang menyebabkan mom susah untuk bernafas karena keadaan paru - paru mom saat itu di sebelah kanan terisi air 500cc dan di sebelah kanan 60% sudah terkena infeksi kanker tersebut, tak ada satu kata patah pun yang dapat keluar dari mulut kami berdua yang ada hanya air mata dan pertanyaan dalam hati "mengapa seperti ini jadinya Tuhan?"
semakin kami mengetahui kenyataan yang sebenarnya semakin sakit hati ini rasanya apalagi ketika saya menanyakan seberapa besar peluang untuk sembuh dan dokter mengatakan dengan ragu hanya tinggal 40% malah semakin sakit hati ini rasanya.

Hingga di rabu pagi saya menerima telpon dari kakak saya Wandy yang mengatakan bahwa mama nafasnya sudah dipompa, oh rasanya itu semakin hancur sehingga tidak dapat mengendalikan diri sendiri
hingga ketika saya tiba dirumah sakit dan melihat keadaan mama di ICU kaki ini rasanya tidak dapat menopang tubuh saya, air mata pun tidak dapat dibendung lagi ,rasanya seisi dunia ini jatuh menindih saya karena saat saya dan suami saya tiba mama sudah tidak dapat membuka matanya dan juga tidak ada detak jantungnya lagi, sekujur tubunya pun kaku dan yang hanya bisa saya lihat kedamaian dalam tidur panjangnya.

Mama meninggalkan berjuta-juta kenangan yang tidak akan pernah bisa kami lupakan.
Kekuatan iman yang selalu ia ajarkan kepada kami, semangat berjuang dalam menghadapi penyakitnya yang secara tidak langsung sungguh sangat tidak seimbang dan rasa selalu mengucap syukur dengan segala rasa sakit yang harus ia rasakan dalam ia menjalani pengobatan mulai dari herbal sampai ia harus dirawat dirumah sakit.

Mama selalu mengajarkan kita untuk terus berharap dan berserah hanya kepada Tuhan.
Keadaan ini sangat mengajarkan kami bahwa hidup ini sangat singkat, ketika Tuhan menghendaki kita untuk selesai menjalani dan mengarungi pertandingan di dunia ini maka kita pun akan pulang tanpa membawa apapun yang ada didunia ini hanya Iman yang berpegang teguh dalam Yesus Kristus Tuhan lah yang akan menjadi bekal kita untuk kembali ke rumah Bapa di Surga

Selamat Jalan mama....
Cinta kasihmu, ketulusanmu, kasih sayangmu, senyum mu juga kebahagian yang telah engkau berikan kepada kami anak - anakmu dan juga saudara - saudaramu tidak akan pernah hilang dan terlupakan.
Sampai jumpa mama terkasih di Jerusalem yang baru.
Jayapura 05 November 1953 - Jakarta 16 September 2015


1.1 Mom Lephine Noraline Tomasowa - Kambey


1.2 TPU Tanah Kusir mengantarkan mom ke peristirahatan terakhir



Tidak ada komentar:

Posting Komentar